Filed under: Sejarah
I. Pengantar
Paparan sejarah secara subyektif memerlukan penjelasan yang rasional mengenai suatu fenomena historis. Diskusi berkembang ketika muncul pertanyaan penjelasan bagaimana yang terlayak dipergunakan dalam pemaparan sejarah?
Jawabannya secara taktis adalah tergantung kepada paradigma yang digunakan. Kemunculan istilah paradigma erat hubungannya dengan perseteruan aliran pemikiran (filsafat) yang memuncak pada abad XIX antara aliran materialistis-naturalisme yang bersandar kepada filsafat Ilmu Alam dengan idealisme romantik yang bereaksi atas pengaruh aliran yang pertama. Baca lebih lanjut
Filed under: Sejarah
Budi Kurniawan dan Yani Andiransyah, Menolak Menyerah Menyingkap Tabir Keluarga Aidit. Yogyakarta: Juni 2005
Ditinjau oleh: MZ. Arifin Anis Baca lebih lanjut
Filed under: Sejarah
PENGANTAR
Ketika saya disodorkan judul oleh panitia untuk seminar ini. Saya terhenyak, karena harus memilih dan memvonis predikat yang disandang oleh Ibnu Hajar pahlawan atau pemberontak. Persoalannya kedua konsep itu sangat antagonis. Hemat saya, pahlawan sudah jelas konsepnya, sedangkan pemberontak berasal dari kata berontak yang dapat diartkan ‘ melawan “ atau “tidak menurut perintah” Pemberontakan cenderung diaktualisasikan dengan kekerasan. Penyebab utamanya adalah ketidak puasan terhadap pemerintah atau kebalikann pemerintah pusat mencap kepada kelompok yang tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah.
Ketika saja berjalan-jalan ke Telaga Langsat dan sekitar Loksado, nama Ibnu Hajar seakan melegenda di benak mereka. Muncul pertanyaan, kenapa tokoh kita yang dicap oleh pemerintah sebagai pemberontak, akan tetapi di masyarakat pendukungnya ia ada dan melegenda. Saya sadar persis, dalam sejarah ada persoalan interpretasi. Tinggal kita memilih dari sudut mana Ibnu Hajar dilihat. Baca lebih lanjut
Filed under: Sejarah
Sejarah adalah pelajaran bukan warisan. Sebab warisan dapat memunculkan pertentangan dengan mereka yang tidak kebagian warisan ataupun bisa habis tanpa memperoleh sesuatu sehingga tidak berarti apa-apa, sedangkan pelajaran adalah sesuatu yang berharga yang dapat membawa kita ke arah yang lebih humanis.
Jalan Raya dari Banjarmasin ke airport Syamsuddin Noor atau ke arah Hulu Sungai kita akan menemukan sebuah monumen dan apabila akan belok ke arah Pleihari maka akan disuguhkan sebuah makam yang areanya relatif luas dan tertata dengan baik. Makam itu adalah makam Hassan Basery. Seorang tokoh pejuang dari Kalimantan Selatan yang pada tanggal 3 November 2001 telah diangkat menjadi pahlawan nasional. Baca lebih lanjut
Filed under: Sejarah
ABSTRAK
Dalam pengkajian kritis tentang Perang Banjar pada Abad XIX ternyata perang itu dimulai oleh gerakan massa dipimpin oleh para elite tandingan yang berada jauh di luar ibukota kerajaan. Para elite tandingan melalui pengkajian duduk dan kumpulan tarekat serta identitas yang sama dengan petani memudahkan ia mengkontrol dan memobilisasi massa.
Para elite tandingan mengetahui , bahwa kolonial telah mempurukkan nilai-nilai tradisional dalam masyarakatnya. Para elite tandingan menyadari bahwa situasi itu harus segara dikembalikan lagi dan ia berharap akan membangun kejayaan-kejayaan masa lalu dengan cara awal melakukan gerakan radikal. Harapan romantis revolusioner dari para elite tandingan dapat dikatakan cita-cita cultural ketimbang cita-cita politik .
Dari hasil kajian sejarah, bahwa latar belakang religio kultural dan struktur sosial , dan terpuruknya nilai-nilai tradisional dampak dari ekspansi kolonial dalam bidang politik, ekonomi, budaya dan social telah memunculkan para elite tandingan dan massanya untuk menyulut gerakan radikaldi Kalimantan Tenggara bagian Selatan pada Abad XIX.
Kata kunci: elite tandingan, gerakan massa, Kalimantan Tenggara bagian Selatan Baca lebih lanjut