Jangan Berhenti Belajar


IBNU HAJAR DARI PATRIOT HINGGA MENJADI TOKOH KELOMPOK YANG TERTINDAS
Agustus 11, 2008, 2:52 am
Filed under: Sejarah

PENGANTAR

 

Ketika saya disodorkan judul  oleh panitia untuk seminar ini. Saya terhenyak, karena  harus memilih dan memvonis predikat yang disandang oleh Ibnu Hajar pahlawan atau pemberontak. Persoalannya kedua konsep itu sangat antagonis. Hemat saya, pahlawan sudah jelas konsepnya, sedangkan pemberontak berasal dari kata berontak yang dapat diartkan ‘ melawan “ atau “tidak menurut perintah” Pemberontakan  cenderung diaktualisasikan  dengan kekerasan. Penyebab utamanya adalah ketidak puasan terhadap pemerintah atau kebalikann pemerintah pusat mencap kepada kelompok yang tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah.

Ketika saja berjalan-jalan ke Telaga Langsat dan sekitar Loksado, nama Ibnu Hajar seakan melegenda di benak mereka. Muncul pertanyaan, kenapa tokoh kita  yang dicap oleh pemerintah sebagai pemberontak, akan tetapi di masyarakat pendukungnya ia ada dan melegenda. Saya sadar persis, dalam sejarah ada persoalan interpretasi. Tinggal kita memilih dari sudut mana Ibnu Hajar dilihat.

Terilhami dari karya Anhar Gonggong tentang Kahar Muzakar dan Van Dijk tentang Darul Islam, maka judul yang ditawarkan oleh panitia saya rubah menjadi  seperti judul yang tertera di atas. Alasannya, terutama saya terkenang akan tuturan dari Collingwood (1985: XIII), bahwa obyek sejarah adalah tindakan-tindakan manusia yang telah dilakukannya pada masa lalu. Sejarah juga ilmu untuk memahami fenomena manusia yang diikat oleh massa/waktu. Tentunya  apabila kita ingin memahami tindakan manusia ketika sedang membangun relasi social dalam fenomena histories kita harus menilai dengan jiwa zamannya. Dalam konteks ini, saya akan menilai Ibnu Hajar dari sisi  dirinya, ketika ia bertabrakan ideology dengan pemerintah pusat. Hemat saya, ia telah melihat,  merasakan, menilai , kemudia bersikap terhadap personal;an yang dihadapi oleh ia dan pengikutnya.

Dilihat  dari sudut hubungan pusat dan daerah pada masa itu, tampak semakin meluasnya penguasaan pusat ke daerah. Ketika Kalimantan Selatan menyatakan dirinya sebagai bagian dari wilayah Negara kesatuan Indonesia, maka kepentingan-kepentingan penduduk yang telah melaksanakan dan merasakan pahit getirnya perjuangan sebelumnya dikorbankan untuk Negara kesatuan ini. Hal ini perlu dikemukakan untuk membantu memperjelas pemahaman terhadap Ibnu Hajar, bahwa gerakannya tidak melulu dilihat dari kacamata pusat melainkan lokalisme agar kita dapat memahami revolusi nasional dengan  lebih baik.

Dalam tulisan ini saya mencoba menguraikan penyebab Ibnu Hajar menjadi tokoh masyarakat yang tertindas untukm diambil sebagai suatu pelajaran. Namun perlu saya tekankan, bahwa uraian  di atas muncul dari seseorang yang hidupnya  sesudah peristiwa itu lama  berlangsung.

TENTANG DIVISI IV ALRI

 

Sukarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia padea tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta telah memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Proklamasi itu merupakan realisasi dari Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928. Katakan saja , peristiwa itu merupakan penanda lahirnya  sebuah bangsa baru, Negara baru, rakyat baru dengann nama baru yaitui Indonesia ( Gonggong, 2000:225). Proklamasi itu segera menggerakan masyarakat Negara baru ini yang dahulunya bernama Pemerintah Hindia Belanda untuk memberi dukungan atas proklamasi  kemerdekaan.

Pada sisi  lain, Belanda sebagai negara penjajah tidak menerima kenyataan tentang proklamasi kemerdekaan, Indonesia sebab ia ingin berambisi untuk memerintah kembali di negri baru ini. Ambisi Belanda itu,  memperoleh reaksi keras dari seluruh bangsa Indonesia termasuk di Kalimantan Selatan. Gerakan anti Belanda di Kalimantan Selatan  dibagi menjadi dua gerakan perjuangan. Perjuangan secara  legal berbentuk partai-partai politik, yaitu Sarekat Kerakyatan Indonesia (SKI), Sarekat Muslim Indonesia (SERMI) dan Kepanduan Rakyat Indonesia (KRI), sedangkan gerakan yang illegal berbentuk organisasi-organisasi gerilya seperti Barisan Pemuda Republik Indonesia Kalimantan (BPRIK), Gerakan Pemuda Indonesia Merdeka (GERPINDAM) di Amuntai, Tentara Kebangsaan Indonesia (TRI) di Ampah dan Kelua, Gerakan Rakyat Mempertahankan Republik Indonesia (GERMERI) di Kandangan, Lasyakar Syaifullah di Haruyan yang dipimpi8n oleh Hassan Basery. , Benteng Indonesia di Kandangan, Pembantyu Tentara Republik (PETYER) di Negara dan Benteng Borneo di Rantau    ( Usman dkk, 1991:107).

Menurut Gazali Usman (1991:108) organisasi-organisasi kemudian dihimpun menjadi suatu kegiatan dan diberi nama Batalion Rahasia ALRI Divisi IV ()A) Pertahanan Kalimantan. Divisi ini merupakan bagian dari ALRI IV yang bermarkas di Mojekerto Jawa Timur. Divisi IV AlRI (A) dikomandai oleh Hasan Basery berkedudukan di Kandangan.

Ketilka Belanda melancarkan agresi ke II ke Yogyakiarta pada tahun 1948 dan melakukan penangkapan-penangkapan para pemimpin RI. Saat itu, Belanda beranggapan bahwa RI sudah bubrah. Divisi IV ALRI (A) malah mempersiapkan diri untuk melakukan aksi. Salah satu aksi dari DIVISI IV AlRI (A) mengeluarkan pernyataan tentang keberadaannya dengan dasar pikiran sebagainberikut:

a.                           Untuk men yatakan kepada masyarakat dean pemerintah RI serta dunia umu7mnya, bahwa gerilyawan ALRI Divisi IV (A)  pertahanan Kalimantan yang berada di Kalimantan benar-benar masih  ada dan nmempunyai kekuatan serta klemampuan untuyk untuk menyusun suatu pemerintahan dalam lingkungan wilayah RI meskipin nsecara de fakto masih dibawah Belanda

b.                           Menyatukan pimpinan dan organisasi perjuangan ke dalam suatu pimpinan yang berbentuk pemerintah Gubernur tentyara,

c.                             Sesudah class kedua terjadi menyatakan sebagai persiapan menmghadapi gagalnya Pemerintah darurat di Sumatera serta pemerinmtahan pe;aroian di New Delhi India. Kalimantan dipersiapkan untuk dijadikan pusat pemerintahan RI sebagai usaha kelanjutan perjuangan merebut kemerdekaan,

d.                           Mempersatukan seluruh potensi dan rakyat Kalimantan untuk merubah struktur perekonomian colonial dengan membangun poerekonomian nasional

e.                             Di samping itu vacumnya pemerintah karena asisten kiai Belanda (camat) ditarik dari pemerintahan kecamatan, sehingga rakyat benar-benar tidak mempunyai pemerintahan ( Usman, 19091:133).

 

Dalam opreasio militernya Divisi IV ALRI (A) telah berhasil membuat pemerintah Belanda dan kolobarasinya merasa terancam keberadaannya di Kalimantan Selatan./  Kekuasaan Divisi IV ALRI (A) selain  menguasai daerah pedalaman pengaruhnya juga terasa di banjarmasin, sehingga  Belanda terpaku dan sangat sukar membuka hubungan ke Pelabuhan Udara Ulin. Menilik keberhasilan Divisi IV ALRI (A) tidak  dapat dipisahkan oleh keberadaan tokohnya-tokohnya seperti Hasan Basery, Gusti Aman, P. Aria, H. Aberani Sulaiman, Budhi Gawis. Selain itu, masih terdapat nama-nama seperti Martinus, H. Damanhuri, daeng Lajida, Abdurrahman, dean Ibnu Hajar mereka-mereka ini nadalah komandan-komandan pasukan penggempur dari Divisi IV ALRI(A) ( Usman, 1983:120). Menurut Nasution (Dijk, 1983:24) di Divisi IV ALRI (A) terdapat sub divisi lain, yang menyebut-nyebut nama Ibnu Hajar sebagai salah seorang dari dua komandan di Hulu Sungai Selatan.

                Pada tanggal 10 November 1949, atas kebijakan pusat  Divisi mIV ALRI (A) dirubah namanya menjadi Divisi Lambung Mangkurat. dalam suatu upacara yang sederhana di Kandangan  dan Hasan Basery masih tetap menjadi komandannya. Perubahan nama Divisi IV ALRI (A) menjadi Lambung Mangkurat membuat posis Hasan Basery mengalami posisi mobiliytas vertical yang menurun. Katakan saja, hasan Basery walaupun  masih tetap menjadi komandan, akan tetapi ia tidak menmjadi panglima untuk seluruh Kalimantan. Adapun yang menjadi panglima tentara dan terotrium (VI) dijabat oleh orang pusat bernama Letnan Kolonel Sukanda Bratamanggala, sedangkan Hasan nBasery hanya dijadikan komandan subwilayah III yang meliputi wilayah banjar (Dijk, 1983: 224)                                             

Dalam komposisi Divisi lambung Mangkurat anggotamnya tidak melulu dari prajurit Divisi IV ALRI melainkan dari kesatua-kesatu8an gerilya lainnya, dan  terakhir bekas KNIL. Bisa dibayanghkan mantan prajurit Divisi IV ALRI (A) yang dahulunyan bermusuhan dengan  para prajurit KNIL saat itu tyinggal dan hidup bersama.

Lebih lanjut Dijk menuturkan, bahwa banyak manta prajurit divisi IV ALRI (A) dimutasi ke Kalimantann Timur, Tenggara dan Barat. Bahkan ada yang dikirim mke Jawa Barat untuk,menumpas DI. Selain itu, sekitar 40 sampai 50 orang perwira mantan Divisi IV ALRI (A) dikiirim kle Yogya untuk mmengikuti kurusus militer di Akademi Militer Nasional. Ibanya mereka di sana, ternyata Akademi Militer Nasional sudah tutup. Akhirnya mereka kembali ke Kalimantan, hanya seoramng yang meneruskan pendidikan militernya di Surabaya.

 

 

IBNU HAJAR SEBAGAI TOKOH MASYARAKAT TERTINDAS

                Dari paparan di atas,  ada fenomena kekecewaan dari mantan prajurit Divisi IV ALRI (A). Dari paparan di atas, kita dapat  melihat kekecewaan dari mantan prajurit Divisi IVB ALRI (A)., Salah seoramngnya adalah Letnan Dua Ibnu hajar pemimpin gerilya di sekitar Kandangan. Ia mengakomadasi rasa kekecewaan kawan-kawannya. Pada akhirnya ia membentuk organisasi gerilya baru bernama Kesatuan Rakyat Indonesia yang Terttindas (KRIyT), yang menganggap pemerintah pusat telah melakukan penghhianatan danb penindasann (Dijki:229).

                Dari nama organisasi gerilya yang  baru terbentuk menyiratkan rasa ketertipuan dan kekecewaan Ibnu hajar dan para mantan prajurit dari Divisi IV ALRI (A). Menurut Dijk salah satu penyebab kekecewaan mereka adalah  persoalan demobilisasi. Demobilisasi dan rasionalisasi terhadap unsure-unsur Divisi IV ALRI sejak awal triwulan p-ertama 1950 membuat kepribadian khusus dari divisi ini terpuruk. Salah satu cir I yang menoinjol dari divisi ini adalah teguhnyanya mereka berpegang pada ajaran Islam.  Dalam banyak keterangan divisi telah melakukan upaya-upaya untuk memajukan  agama Islam dan syariat5nya di daerah-daerah pedesaan sehingga disukai oleh rakyat.

                Demobilisasi berdampak pula pada ekonomi mantan prajurit divisi ini. Hal ini terlihat dari tunjangan yang mereka terima hanya sebesar tiuga rupiah dari pemerintah pusat. Pada akhirnya bagi mereka yang yang tetap berada pada dinas kemiliteran merasakan  adanya diskriminasi  dibandingkan rekan-rekannya  di Jawa. Bagi manta prajurit Divbisi IV ALRI (A) yang terkena demobilisasi tidak diakui sebagai veteran dan tidak dapat menerima pensiunan (Dijk:230). Selain  itu, hancurnya system koperasi yang telah dibangun di pedesaan oleh divisi ini dan tegaknya penguasaan pedagan dari kota ke desa.

                Pihak gerilya merasa pula banyaknya jabatan penting diduduki oleh orang luar Kalimantan khususnya  dari Jawa dan orang-orang yang telah berkoloborasi dengan Belanda. Aklhirnya mereka mengajukan tuntutan ke puisat agar pejabat-pejabat tertentu dalam pemerintahan sipil, militer dan kepolisian dimutasikan. Tetapi tuntutan itu tidak digubris oleh pemerintah pusat.

                Suasana seperti yang digambarkan di atas, menaikan pamor Ibnu Khajar dan KRIyTnya di kalangan mantan prajurit Divisi IV ALRI (A) dan rakyat Kalimantan umumnya.  Gerakan IBnu Khajar dengan KRIyTnya dalam aksinya menentang fihak kepolisian pusat menggunakan taktik perang gerilya. Aktivitas aksinya semakin meluas ke wilayah-0wilayah Barabai, Birayangh, Batumandi, Paringin, Kelua dan Kandangan.

                Dalam suasan yang semakin runcing, pada tahun 1951 Hasan Basery sebagai seorang yang dihormati oleh masyarakat Kalimantan Selatan oleh pemerintah pusat diberangkatkan ke Mesir untuk sekolah. Keberangkatan Hasan Basery  membuat rakyat Kalimantan Selatan (Banjar ) semakin simpati kepada gerakan Ibnu Khajar.  Pada umumnya masyarakat Kalimantan Selatan  merasa, bahwa Divisi IV ALRI (A) dan tokoh-tokohnya yang telah berkorban banyak demi be4rdirinya Republik Indonesia di tanah Kalimantan kedudukannya semakin berada pada posisi dimarjinalkan.

                Ibnu khajar dengan pasukannya sebagai tokoh alternative setelah Hasan basery di mata masyarakat membangun hubungan dengan para pengikutnya di wilayah-wilayah yang tersebar melalui perantara para komandan local. .Mereka  merangkap sebagai kepala pemerintahan daerah pemberontakan dan masing-masing mempunyai daerah operasi khususnya. . Para komandan local ini adalah teman-temen seperjuangan bahkan diantaranya ada seorang adiknya Ibnu Khajar bernama Dardiansyah.

                Dalam  menghadapi  pemberontakan Ibnu Khajar, pemerintah pusat  menggunakan tokoh-tokoh kharismatik local seperti Hasan Basery (mantan komandannya Ibnu Khajar) dan Idham Khalid seorang politikus dari Nahdiatul Ulama (NU) untuk mermbujuk  Ibnu Khajar dan KRIyTnya agar meletakan senjata.

                Pada bulan Juli 1963, Ibnu Khajar dan pengikutnya menyerahkan diri di DFesa Ambulun Hulu Sungai Selatan.  Menarik untuk dicermati, ketika ia berbicara kepada pers, “ apabila Negara membutuhkannya ia bersedeia mengabdi kepada republic dan ia berserta pengikutnya bersedia dilibatkan dalam konfrontasi dengan Malaysia”. Perkataan Ibnu Khajar mengisyaratkan, bahwa ia tetap memiliki perasaan patriot dan cintanya akan republic ini.

 

 

PENUTUP

                Apabila dicermati kenapa Ibnu Khajar menjadi tokoh masyarakat yang tertindas. Hal ini memperlihatkan betapa mahal ongkos social yang harsus dibayar oleh Negara ketika membangun tentara yang professional. Membangun tentara profesioonal pada sisi lain  harus ada demobilisasi  dan rasionalisasi yang akhirnya memunculkan konflik vertical. Bagaimana tidak demobilisasi dan rasionalisasi, memarjinalkan prajurut-dan perwira daerah. Selain itu, posisi strategis lainnya didominasi oleh oramngnpusat ketimbang daerah.  Perasaan dimarjinalkan yang ada pada prajurit local kemudian diakomodasi oleh Ibnu khajar.

                Pada tataran berikutnya perasaan tidak puas yang mendera preajurit local oleh Ibnu Khajar   diberi makna ideologis agama. Islam. Terintegrasinya symbol agama dan keprimordialan membanghkitkan motivasi dan sekaligus memunculkan harapan di kjalangan pengikut untuk berjuang.

                Dalam konteks di matas, Ibnu Khajar dengan aksinya merupakan nsuatu refleksi dari dinamika local yang bertabrakan dengan pusat. Dalam arti lain, bahwa dinamika local merupakan pantulan pusat dari keharusan pusat (Abdullah: 104).

                Pengalaman yang dapat ditarik dari peristiwa itu, men yadarkan kepada kita, bahwa kebijaksanaan yang sentralistis memunculkan dampak yang berartti. Dalam artian pengembanmgan dalam mbidang politik, social dan ekonomi, kebudayaan, militer dan aparatur Negara harus menyalurkan dinamika masyarakat local yang menginmgkinmkan perbaikan dan pembaruan.

 

 

KEPUSTAKAAN

 

Abdullah, Taufik,. 2001. Nasionalisme &Sejarah: Bandung: Satya Historika

 

Collingwood, 1985, Ide Sejarah. Kuala Lumpur: Universitras Kebangsaan

Dijk, Van, 1983. Darul Islam Sebuah Pemberontakan. Jakarta: Grafiti Pers

Usman, Gazali., 1991. Sejarah revolusi Kemerdekaan (1945-1949) daerah Kalimantan

 Selatan. Banjarmasin: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

 

Basry, H. hasan, 1961. Kisah Gerilya Kalimantan dalam Revolusi Indonesia (1945-1949)

. Vol 1. Banjarmasin: Yayasan Lektur Lambung Manghkurat

 

Gonggong, Anhar,” Militerisme dan Dampaknya Terhadap Budaya Lokal di Sulawesi

 Selatan” dalam Edward L. Poelinggomang & Suriadi Mapppangara, 2000, Dunia

 Militer Indonesia. Yogyakarta:nGadjah Mada University Press.

 

 


25 Komentar so far
Tinggalkan komentar

sebenarnya melihat dari apa yang diperjuangkan oleh Seorang Ibnu Hajar adalah upaya untuk menuntut persamaan hak dan pengakuan pemerintah terhadap perjuangan atau gerakan yang mereka lakukan, tapi kemudian pemerintah menyalahkan gerakan yang dilakukan sebagai bentuk makar terhadap pemerintahan yang sah. Saya sangat setuju dengan wacana yang bapak tulis ini, karena ada usaha-usaha dari dulu untuk mengasingkan peran masyarakat daerah dalam upayanya menuntut persamaan hak yang telah dilakukan. Untuk itu, tinggal bagaimana wacana tentang Berbagai macam “gerombolan” yang ada dikalimantan tidak lagi tabu dibicarakan dimuka publik.

Komentar oleh m. agustiannur

pembangunan yang saya rasa sangat lambat di segala sektor. padahal apa yang kita sumbangkan selama ini ke pemerintah pusat sangat banyak..baik hasil bumi dan tambang.. yang tidak terhitung banyaknya…wajar jika suatu saat nanti ada wacana dan pemikiran2 yang sangat ekstrim yang ide berpisah dari RI dan mendirikan negara sendiri..karena tidak ada keadilan…

Komentar oleh Aidey (ID)

saya menilai jika dibandingkan dengan “Basis DI/TII” didaerah lain (Jawa Barat. Kalimantan adalah “wilayah yang cukup berhasil” menerapkan “ajaran” Islam “ala DI”-nya. misal pada tahun 1996 saya pernah bekerja di Kalsel dan jalan – jalan ke Martapura. saya melihat dengan mata kepala sendiri di tiap hari Jum’at sekitar pukul 10.00 WITA dipastikan kaum lelaki di pasar itu sudah raib pada pergi ke Masjid. Fenomena ini tidak saya jumpai bahkan di daerah lain yang katanya “basis DI”. bila saya hubungkan dengan tulisan di atas bolehlah kiranya kita tarik kesimpulan bahwa Ibnu Hajar lebih berhasil bahkan bila dibandingkan dengan SMK sendiri, (Wallahu ‘alam).
Rahmat Allah akan senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, Keluarganya, para sahabatnya serta para mujahid termasuk Asyahid Ibnu Hajar sang pejuang risalah, hingga akhir zaman,
amin.

Komentar oleh jchouhenk

Semoga bapak terus menulis…namun mohon maaf…banyak salah ketik. Kalau kata/lema salah ketik tidak mengapa. Kalau GERPINDOM ditulis GERPINDAM, atau PETER ditulis PETYER fatal jadinya…

Komentar oleh djedie

dalam suatu hal kita harus melihat dari berbagai sisi

Komentar oleh taslim

merdeka!!!

Komentar oleh akbar

menurut saya, indonesia adalah penjelmaan atau warisan penjajahan dari bangsa belanda kebangsa jawa, sehingga pada saat kalimantan masuk ke dalam indonesia (dengan harapan rakyat kalimantan bisa merdeka dari penjajahan belanda) maka terjadilah penjajahan dengan model baru, dari zaman IBNU HAJAR samai sekarang banyak terjadi diskriminasi terhadap putra-putri kalimantan baik itu dari segi SDM atau SDA, apabila hal ini terus berlanjut maka perasaan yang ada pada IBNU HAJAR akan terus menjalar kepada pemuda-pemuda kalimantan yang merasa mereka di anaki tiri kan oleh Indonesia (kenyataannya memang demikian).. Hidup Kalimantan…… hasil alam mu telah memberi kehidupan bagi puluhan juta rakyat indonesia, walaupun yang kau hidupi itu bukan putra mu,,,, dan tragisnya putra-putra mu telah mereka khianati,,,, sekarang semuanya kita serahkan kepada Allah SWT, dia yang maha mengetahui, maha adil, dan dia tidak pernah tertidur…. apakah nanti kalimantan tetap dalam Indonesia atau kalimantan akan berdiri sendiri, hanya waktu yang bisa menjawabnya

Komentar oleh akhmadwahyudizaidannoor

ibnu hajar bisa menjadi salah satu seorang yang bisa menjadi contoh yang baik untuk kita

Komentar oleh van der vart

Saya dukung pelestarian khazanah cerita rakyat kandangan, kalimantan selatan seperti datu ulin dan asal mula kampung ulin, legenda batu laki dan batu bini, legenda gunung batu bangkai loksado, legenda datu ayuh dan bambang basiwara, kisah datu ning bulang di hantarukung, datu durabo di kalumpang, datu patinggi di telaga langsat,legenda mandin tangkaramin di malinau, kisah telaga bidadari di hamalau, datu kandangan dan datu kertamina, datu hamawang dan sejarah mesjid quba, tumenggung antaluddin mempertahankan benteng gunung madang, bukhari dan perang amuk hantarukung di simpur, datu naga ningkurungan luk sinaga di lukloa, datu singakarsa di pandai, mesjid ba angkat di wasah, dakwah penyebaran agama islam datu taniran dan datu balimau, kuburan tumpang talu di parincahan, pahlawan wanita aluh idut di tinggiran, panglima dambung di padang batung, gerombolan pemberontak/pahlawan ibnu hajar, sampai cerita tentang perang kemerdekaan Divisi IV ALRI yang dipimpin Brigjen H. Hasan Basyri dan pembacaan teks proklamasinya di Kandangan.Semuanya adalah salah satu aset budaya dan sejarah bagi Kalimantan Selatan.

Komentar oleh Kamal Ansyari

http://bintangborneo.blogdetik.com/2010/01/25/ibnu-hajar-dan-kesatuan-rakyat-yang-tertindas-kryt-di-kalimantan-selatan/

Ketika saya berjalan-jalan ke Telaga Langsat dan sekitar Loksado, nama Ibnu Hajar seakan melegenda di benak mereka. Ibnu Hajar, lahir di desa ambutun kabupaten hulu sungai selatan. Ibnu Hajar dengan nama asli Angli, ayahnya berasal dari ambutun dan ibunya berasal dari suku dayak tepatnya d daerah puruk cahu kalimantan tengah. ketika masa kecil Ibnu Hajar adalah sosok yang pemberani. sampai menjelang dewasa dia bergabung dengan tentara pejuang pimpinan Hasan Basri melawan penjajah belanda. Muncul pertanyaan, kenapa tokoh kita yang dicap oleh pemerintah sebagai pemberontak, akan tetapi di masyarakat pendukungnya ia ada dan melegenda. Saya sadar persis, dalam sejarah ada persoalan interpretasi. Tinggal kita memilih dari sudut mana Ibnu Hajar dilihat.

Komentar oleh Kamal Ansyari

kalu pun bapak ingin menulis mengenai pemberontakan ibnu khajar terakanlah dalam teks secara menyeluruh.tapi jangan pernah untuk berhenti bercerita.

Komentar oleh hockber simatupang

Bagus sekali,sejarah perjuangan warga banua perlu di expose,supaya generasi sekarang jangan melupakan sejarahnya,usul nih,bagaimana kalau dibuat buku biografi Ibnu hajar,dr awal perjuangan sampai akhir hayatnya

Komentar oleh fahridi-kampung ulin

sy sangat setuju.. kalau anda ingin cerita tenteng kai ibnu anda bisa hubungi kami..

Komentar oleh ferdian fajar bin ibnu hajar

Minta pang No HP atau e-mail Pian

Komentar oleh Muchtar Asjikin

Mana nah talipun Pian … lawasnya sudah mahandangi,
WA aku di 085778126868 atau SMS ke 081346471024. E-mailku : much.asikin@gmail.com

Wassalam, Asikin (Muchtar Asjikin)

Komentar oleh Asikin, Muchtar Asjikin

Yang SEBENARNYA Ibnu Hajar itui Adalah Peimpim Besar Pejuang Kalimantan,dan Hasan Basri itu Adalah Anak buah dan serta murid oleh Ibnu Hajar.. Hasan Basri selama duatahun lebih Bukan Pergi Sekolah KEMESIR tapi TAKUT PULANG KEKALIMANTAN,karna merasa bersalah dengan Ibnu Hajar atau Gurunya

Komentar oleh GUSTI ALI ZEIN

Saya ingin tau apa memang karena permasalahan perekrutan tentara Indonesia atau memang lebih dari itu? misal masalah idealisme

Komentar oleh Buri Buri Zaemon

Walupun ulun tidak begitu banyak tau tentang cerita ibnua hajar tapi ulun yakin kalau ibnu hajar adalah pahlawan dan sekaligus pahlawan rakyat kalsel yg ingin menegakkan keadilan untuk rakyat kalsel. Baik itu untuk pahlawan2 kalsel yg berjuang gigih membela tanah air khususnya kalsel. Dari ketidak adilannya pemerintah pusat terhadap pejuang dan rakyat kalsel yg dianak tirikan. Sekarang ini tahun ini ulun juga melihat banyaknya pertambangan sebagian dikuasai orang luar kalsel dan bosnya dari orang asing yg bukan org indonesia tapi alhamdulillah mereka tidak dapat melebarkan sayapnya karena dengan adanya anak2 dari asli kalsel yg banyak menjadi bos2 batubara dan menguasai KP-KP Pertambangan yg lebih memperhatikan rakyat kalsel dan masyrakat kecil dikalsel khususnya.kalau tidak generasi penerus anak2 kalsel dan bos2 anak asli kalsel sendiri siapa lagi tanpa mereka mungkin SDM kita diwilayah pertambangan banyak dikerok oleh org2 luar kalsel yg tanpa memperhatikan rakyat kalsel..
Yg tidak bertanggung jawab. Istilah kami disini,masyarakat disini ” kalau kadada tunggul batuah yg badua tu kyapakah nasib kita disini” alhamdulillah..allah…telah melahirkan anak kalsel yg dermawan dan Pemurah yg sangat memperhatikan serta membela rakyat kalsel dan luar biasa wibawanya khusus daerah binuang dan kalsel pada umumnya. Semoga Allah..membalas kebaikan amal..ibadah mereka2 dgn memasukan kesyurga yg paling baek dan memberikan umur panjang dan selalu diberikan kesehatan,rahmat,Taufik Serta Hidayahnya kepada mereka..bos2 anak asli kalsel yg sll membela rakyat kalsel..amin..amin ya robbal alamin

Komentar oleh arga nata

ingat foto abahku di banjarbaru saat menagkap ibnu hajar,pasukan yg menangkap pun sangat hormat dengan beliau,namun Ibnu Hajar dibawa ke markas brimob kelapa dua,dan katanya berahir disana,walahuallam

Komentar oleh mnur

ada anak dari adik ibnu hajar di desa banua asam kecamatan pandawan barabai…
salah satu wanita dikampung itu diculik pasukan ibnu hajar dan kemudian diambil istri oleh adiknya…kemudian wanita tersebut dikembalikan ke desa beserta anak dari perkawinan itu…
kabar ini menjadi rahasia umum di kalangan urang tua di kampung banua asam..menarik bukan

Komentar oleh alfigenk

Assalamualaikum bang alfi ,bisa minta kontak email buat nanya nanya masalah anak adik ibnuhadjar

Komentar oleh Kevin rozhanie

alfigenk@hotmail.com

Komentar oleh alfigenk

Mohon agar salah satu jalan utama di Kalsel/Kandangan diberi nama Jalan Letnan Ibnu Hadjar, terima kasih.

Komentar oleh Mohon agar ada jalan utama di Kalsel atau di Kandangan diberi nama Jlan Letnan Ibnu Hadjar

assalamualaikum , saya mau nanya siapa siapa nama pengikut ibnu hajar pada saat tertangkap oleh pemerintah

Komentar oleh Yudha Putera




Tinggalkan komentar