Jangan Berhenti Belajar


URAIAN MATERI KEGAGALAN PEMBERONTAKAN PARTAI KOMUNIS INDONESIA
Januari 9, 2009, 3:18 am
Filed under: Sejarah

Tulisan ini berupaya menarasikan kegagalan dan kehancuran pemberontakan Partai komonis Indonesia (PKI) yang terjadi pada tahun 1948 dan 1965. Tulisan ini bukan disiapkan untuk menjadi sebuah makalah, melainkan penambahan wacana untuk diklat guru tentang dua kali pemberontakan PKI yang semuanya dapat digagalkan seperti yang tertulis dalam buku pelajaran sejarah yang diajarkan pada tataran SMP dan SMA. Dalam tulisan ini, dimuat kenapa mereka dapat dihancurkan. Kegagalan PKI materinya saya kumpulkan dari beberapa buku  mahakarya yang dikaryakan oleh para pakar, dan tentang judul-judul buku akan anda temukan dalam daftar pustaka.

                Kapitalis maupun Komunis pada dasarnya berorientasikan kepada keduniawian yang bermuasal dari Eropa. Munculnya kapitalis dan komunis merupakan dampak modernisasi yang terjadi di Eropa, sebab dari sini kelak muncul dan kemudian berkembangnya industrialisasi, komersialisasi dan revolusi nasional. Akan tetapi kapitalis dan komunis sangat berbeda orientasinya dalam melihat ke moderenan. Katakan saja, para pakar kapitalis selalu mengasumsikan, bahwa negara bangsa merupakan sebuah instrumen yang secara ekonomis digunakan  oleh kelompok dominan untuk melaksanakan  pembangunan dalam negri yang berorientasikan kepada pasar dunia untuk mengejar keuntungan-keuntungan ekonomi di luar negri.

                Adanya kelompok dominan mengisyaratkan, bahwa masyarakat  terdiri dari beragam kelompok yang bersaing secara bebas. Kelompok-kelompok yang bersaing itu kelak memunculkan kelas dominan yang kemudian tumpang tindih dengan kekuasaan negara. Posisi negara dalam konteks ini cenderung menjadi alat yang dikendalikan oleh kelompok-kelompok yang mempunyai kekuasaan dalam masyarakat yang bersangkutan, begitulah negara-negara liberal. Kemunculan kelas dominan hemat pengikut dari teoritisii Marxis hanya melahirkan masyarakat yang terbelah menjadi dua, yaitu kelas pemilik modal/penguasa dan kelas yang dikuasai yaitu kaum jelata/ buruh dan tani. Kondisi  masyarakat liberal  oleh pengikut Marxis harus diperbaiki tatanannya melalui konflik dan dominasi. Dalam arti kata, bahwa kekuasaan negara harus diraih dan dijadikan alat untuk menggapai masyarakat tanpa kelas (komunis). Sejak saat itu konflik kelas yang diidamkan oleh kaum Marxis mulai membahana  dan disebarkan ke pelosok khususnya di dunia ke tiga, dan Indonesiapun mengalaminya, walaupun kegagalan yang diperolehnya. Sebab pengikut dari kaum Marxis atau kader-kader komunis di Indoneisa beranggapan, bahwa komunisme merupakan ideologi yang paling benar dan universal, setelah mereka keberhasilan revolusi-revolusi yang dikobarkan oleh fihak komunis di luar negri. Tampaknya mereka meyakini  tentang keberhasilan teori domino.

 Menarik untuk dicermati kegagalan pemberontakan PKI di Indonesia dalam  fakta-fakta historis lebih cenderung tidak didukung oleh massa rakyat atau para petani. Dalam arti lain, PKI dengan jargon-jargonya membangun negara tanpa kelas atau negara rakyat akan tetapi dalam kasus di Indonesia  tidak ditrespon  oleh rakyat bahkan ada kecenderungan massa PKI di Indonesia (Jawa Timur dan Bali) justru dilabrak oleh para petani sendiri..

 

A.      Beberapa kerangka teori

Sebelum menarasikan  dua kali kegagalan pemberontakan PKI, saya ingin melihat konsep revolusi dan revolusioner yang selalu selalu akrab di kalangan kaum kiri di dunia . Saya memulainya dari pandapat Theda Skocpol  tentang  pengertian revolusi sosial. Hematnya, revolusi sosial merupakan perubahan yang cepat dan mendasar dari masyarakat dan struktur kelas suatu negara; biasanya revolusi itu diiringi oleh pemberontakan  kelas dari bawah (Skocpol  1979:2). Skocpol pada halaman yang berbeda menambahkan, bahwa revolusi sosial hanya bisa terjadi di negara-negara yang posisinya di arena internasional dianggap kurang menguntungkan. Saya juga ingat pandangan Barrington  Moore tentang revolusi tani melalui tulisan  mahaguru sejarah dan gurunya banyak sejarawan di Indonsia, yaitu Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo (1984:135), dalam revolusi kaum tani yang mengubur para elite tradisional bukan kaum borjuais yang melenyapkannya.

Revolusi rakyat di wilayah agraris identitik dengan revolusi kaum tani.Secara historis, memang kaum tani di Indonesia pada abad XIX terlibat dalam politik dan sering melakukan perlawanan-perlawanan dengan berideologikan  Mesiasnisme (Ratu Adil, nativisme, perang jihad ). Memasuki abad XX ternyata kaum tani terlibat ruang politik gaungnya lebih luas dan pukulannya sangat terasa mengguncangkan politik dalam negri.

 Keterlibatan petani dalam politik di Indonesia seperti yang saya kutip dari Kuntowijoyo salah seorang murid Sartono yang paling berbakat lazimnya menggunakan dua tesis utama. Tesis pertama, menekankan adanya polarisasi masyarakat pedesaan yang susunan kelasnya terdiri dari tuan tanah dan penggatap. Tesis ini, dapat dipakai uintuk melihat kiprah  PKI yang berpendapat, bahwa di Pulau Jawa, terdapat kosentrasi kepemilikan tanah yang hanya dimiliki oleh sedikit orang, sementara yang paling banyak adalah para petani sebagai penggarap yang tidak memiliki tanah dan posisi sosialnya berada pada kedudukan yang sangat  jauh posisi  kesenjangannya. Tesis ke dua yang ditawarkan oleh Cliffotd Geertz ,menekankan adanya ketegangan kultural antara abangan (tidak taat dalam beragama) dan santri. Termasuk didalamnya tesis Sartono Kartodirdjo yang menyatakan, aktivitas PKI pra 1965 dalam melaksanakan land reform dan melakukan pelecahan agama melalui ludruk dan wayang memunculkan polarisasi dan konflik di pedesaan. Dalam tesis kedua, hemat Kuntowijoyo dasar konflik dan kooperasi adalah aliran, sehingga muncul politik aliran, yang terdiri dari sebuah partai politik yang dikelilingi sejumlah organisasi sukarela yang secara formal maupun informal terkait di dalamnya.

Manifestasi dari politik aliran ini terlihat sangat transparan dalam pembentukan partai-partai, PKI dan Partai Nasional Indonesia (PNI) yang menyuarakan suara nasionalis dan komunis non-agama, dan Majelis Sura Muslimin Indonesian (Masyumi) dan Nahdatul Ulama (NU) masing-masing modernis dan tradisionalis agama. Partai-partai aliran itu berebut massa dan memperoleh dukungan di masyarakat petani.

 

B.      Revolusi Sosial yang Gagal

Kampanye komunis dan pemberontakan PKI pada dasarnya ingin men-ciptakan yang oleh para pakar disebut revolusi sosial yang akan merubah seluruh tatanan yang berlaku dan menggantikannya dengan ideologi komunis. Pemberontakan komunis di Indonesia  memang sudah terjadi pra 1948 yang saat itu bernama Hindia dengan pemerintahan yang dinamakan Pemerintahan Hindia Belanda.

Dalam catatan sejarah gerakan komunis awalnya terjadi pada tahun 1926-1927  di Sumatera dan Banten. Apabila dicermati  dari tokoh yang ditangkap oleh Pemerintah kolonial  lebih banyak para ulama, sehingga dapat dikatakan tidak murni gerakan komunis. Akan tetapi pemerintah kolonial menganggapnya sebagai gerakan komunis sebab inspirator gerakan ini adalah tokoh-tokoh komunis dari elite perkotaan (elite urban) yang berkolaborasi dengan elite-pedesaan (ulama dan kyai).

 

 

1.       Madiun Affair (kup PKI yang  ke-1) 1948

Pemberontakan PKI pada masa pemerintah Indonesia, dapat dikatakan sebagai tohokan dari belakang yang dilakukan oleh komunis terhadap pemerintah republik yang baru dan saat itu sedang mengalami agresi militer pertama  Belanda. Pemberontakan  (kup) PKI  terhadap pemerintah Indonesia terjadi pada tanggal  18 September 1948 di Madiun dipimpin oleh Musso pro Moskow (Soviet). Musso ingin mendirikan pemerintahan Soviet di Indonesia bernama Republik Soviet Indonesia. Musso awal gerakannya ingin mengikuti apa yang disebut Rencana  Gottwald yang berhasil diterapkan di Cekoslowakia. Rencana Gottawald lebih menandaskan, bila mungkin kekuasaan harus dicapai tanpa harus dipaksakan.

Realitas sejarahnya, Musso tidak konsekwen dalam menerapkan rencana Gottawald, malah ia melakukan tohokan yang sangat berdarah kepada republik yang masih muda ini. Soekarno dan Hatta sebagai presiden wakil menjawab tantangan Musso, dengan meminta rakyat agar memilih ia dan Hatta atau memilih Musso dan Partai Komunisnya. Singkat cerita, pemberontakan PKI dapat diporakporandakan dan Musso tertembak mati oleh pasukan pemerintah Indonesia. Pada tanggal 29 November, aktivis-aktivis PKI tertangkap seperti, Djokosuyono, Maruta Darusman dua hari kemudian Sjarifuddin dan Suripno mengalami nasib yang sama. Sisanya seperti  Aidit, Sumarsono dan Wikana berhasil lolos.

Kegagalan kup PKI 48, merupakan kegagalan pertama revolusi sosial yang didambakan oleh PKI. Kegagalan ini menurut catatan G.M. Kahin adalah seberikut:

1.        Para pemimpin PKI terlalu dini melakukan aksi, ketika mereka belum siap

2.        Proses penggabungan partai-partai unsur dasar FDR (Front demokrasi rakyat) ke PKI yang monolitik baru dimulai ketika pemberontakan itu pecah

3.         Sebagian besar anggota Partai Sosialis, Partai Buruh, SOBSI,dan Pesindo menentang aksi revolusioner menentang pemerintah

4.        Partai-partai FDR termasuk cabang PKI cabang di Bodjonegoro secara terang-terangan mendukung Soekarno dan Hatta

5.        Pemimpin PKI secara terbuka berani mennetang Soekarno dan Hatta sebagai simbol kemerdekaan republik

6.        Kebanyakan tanah yang dijanjikan PKI merupakan tanah komunal yang pada dasarnya tanah nyang dipakai untuk kepentingan umum bukan kepentingan tuan tanah

7.        Produksi petani sangat surplus dengan demikian petani dapat menabung  dan dapat menjual hasil panen dengan harga tinngi, sehingga mereka tidak tertarik kepada kmomunis

8.        Kelompok borjuis yang sangat dibenci oleh komunis, di Iindonesia hidupnya lebih menderita ketimbang kehidupan para petani dan mereka juga adalah pekerja keras sama dengan para petani.

 

2.       G.30 S/ PKI

                Saya meyakini, pasca runtuhnya Orde Baru banyak yang mempertanyakan tentang siapa insipirator terjadinya peristiwa G.30 S. Sebagian  pakar dengan sudut pandangnya masing-masing  dan simpatisan PKI tentunya beranggapan  bahwa peristiwa  G.30 S merupakan suatu rekayasa rezim Soeharto, PKI, kelompok Aidit, kelompok perwira AD, CIA atau kombinasi pihak-fihak itu,Siapa pelaku dari G.30.S yang pada masa ORDEBARU jelas  adalah PKI dipertanyakan kembali , sehingga banyak menimbulkan kegalauan anda sebagai guru dalam menghadapi pertanyaan murid atau kerabat tentang kesangsian banyak orang terhadap keterlibatan PKI pada perisitiwa 30 September 1965.

Mari coba kita simak apa yang terjadi pada tanggal 30 September 1965, malam, ketika pasukan Cakrabirawa mendatangi beberapa rumah jenderal, mereka menculiknya dan membunuhnya. Keesokan harinya, tepatnya taanggal 1 Oktober 1965, Letnan Kolonel Untung mengumumkan dewan revolusi. Peristiwa itu, bukan saja telah terjadi peristiwa pembunuhan politik, tetapi terbentuknya dewan revolusi menandakan, bahwa awal periode baru dalam sejarah Indonesia mulai bergerak. Paling tidak dalam benak para arsitek penculikan dan pembunuhan terhadap para jenderal telah membayangka, bahwa Indonesia mulai malam tanggal 30 september tidak sama lagi dengan Indonesia sebelumnya. Suasana mencengkam kharusan sejarah sedang bergerak untuk memihak kemana? Barangkali itulah pertanyaan penduduk khususnya di Jakarta penuh dengan ketidak pastian.

Akan tetapi, dewan revolusi yang dicanangkan oleh Letnan Kolonel Untung dapat dilibas oleh tentara (RPKAD ), sejak saat itu  tudingan mulai ditunjuan ke wajah PKI  beserta biro khusus mereka sebagai dalang. Tudingan PKI sebagai dalang dari peristiwa 30 September bergerak cepat menjadi tudingan nasional. Kesempatan ini dipergunakan oleh massa non PKI yang awalnya tertekan oleh agitasi-agitasi kelompok pendukung PKI untuk melibasnya, terutama di wilyah konflik horizontal , yaitu di Jawa Timur, Bali dan Sumatera Utara. Menurut Robert Cribb (1990:12) dari dari 39 artikel yang dikumpulkannya tentang jumlah korban pro-PKI berkisar 78.000 sampai 2.000.000 dengan rata-rata korban 430.590, jumlah ini tidak jauh berbeda dari pernyataan Sudomo (Kopkantib) yang menyebutkan kisaran korban rata-rata 450.000 sampai 500.000. Begitu besar jumlah korban pengikut PKI,dapat dikatakan sebagai perubahan yang besar dengan hilangnya PKI sebagai partai komunis terbesar ke 3 di dunia dan juga gambaran tentang gagalnya revolusi sosial yang dibayangkan oleh komunis untuk kedua kalinya di Indonesia.

Korban yang banyak dari pihak PKI dalam sisi lain merupakan gambaran tentang kegagalannya mereka merekrut  dan meradikalkan para petani di pedesaan sebagai kekuatan masa untuk menggulingkan pemerintah.. Kegagalan ini bisa  dilacak dari perubahan strategi PKI dari gaya Moskow ke gaya Cina. Hal ini terlihat ketika, Central Committe PKI pada tahun 1963 memutuskan untuk menetapkan strategi revolusioner gaya  Maoisme (RRC) dengan melakukan radikalisasi massa.. Dengan cara melakukan aksi sepihak, yang dilakukan oleh Barisan Tani Indonesia (BTI) sebagai onderbownya PKI di pedesaan dengan menduduki tanah-tanah komunal. Dalam segi budaya BTI melalui grup ludruknya sangat melecahkan agama Islam yang menjadi agama turunan di pedesan-pedesaan Jawa Timur. Tanpa mereka sadari aksi sepihak BTI tidak dapat menembus integritas desa di Jawa. Penolakan-penolakan terhadap kampanye BTI di Jawa , Kuntowijoyo berhasil menghimpun fakta-faktanya. Fakta-fakta menginformasikan, bahwa di Jawa tidak ada buruh tanah, melainkan mereka bekerja di tanah keluarganya sendiri. Dalam artian, di Desa Jawa pemilikan tanah bukan digengam oleh seorang tuan tanah (land lord) melainkan urusan keluarga. Di pedesaam Jawa suasana ke egaliteran masih tampak dan mereka menganggap kekayaan yang dimiliki oleh seseorang tidak ada hubungannya dengan penindasan. Integritas komunitas dalam bentuk  paguyuban, rukun sangat kental sehingga dapat menepis dan menampik solidaritas orrganik dan masih menguatnya integrasi komunitas desa mampu membendung propaganga komunis  dalam hal ini adalah BTI. Di Bali, sistem keluarga, sistem kasta, pemeliharaan irigasi subak merupakan benteng dari integrasi desa di Bali yang tidak bisa digempur poleh propaganda BTI. Desa.

Nilai-nilai agama masih tergengam kuat di benak para petani, katakan saja nilai itu mampu meredam rasionalitas kemiskinan dengan menyebytnya sebagai pemerasan. Iri hati dianggap sebnagai sifat yang sangat buruk.masyarakat pedesaan sangat menghormati para guru, kiai, kaum terpelajar, orang-orang tua ketimbang orang kaya.

Ketika aksi sepihak di gelar oleh BTI semakin agresif, maka massa di pedesaan khususnya para santri dan massa Partai Nasional Indonesia (PNI)  dalam  posisi sub ordinat. Mereka ditekan, bahkan  PKI selalu menentang para kiai-kiai di pedesaan. Kondisi ini membuat pertentangan antara  golongan santri dengan PKI , begitu juga pertentangan antara massa PNI dengan PKI semakin meruncing.

Pasca 30 September  Dewan Revolusi yang dibangun oleh PKI dan PKI dituding sebagai dalang pembunuhan para jenderal di Jakarta mulai dipreteli oleh militer dan dibungkamnya. Maka neraca kekuatan yang awalnya kekuatan PKI begitu kuat di pusat pemerintahan mulai menurun dan kekuatan anti PKI mulai bergerak ke massa pedesaan.  Massa santri, PNI dan rakyat mulai bergerak untuk menghancurkan PKI.   Lalu mereka membalikan posisinya menjadi kekuatan untuk menggodam BTI  (PKI) yang awalnya mempurukan mereka. Penghancuran PKI bagi mereka bukan suatu kesalahan melainkan suatu keharusan karena jika tidak mereka yang akan kena godam.

 

 

Rangkuman

 

                Pemberontakan  PKI yang ingin menciptakan perubahan sosial dengan cara menggelar revolusi sosial dalam artian ingin merubah ideologi Pancasila yang menjadi dasar negara kita menjadi komunis dengan korban darah yang sangat memilukan telah dua kali digelar, akan tetapi gabungan dari kekuatan pemerintah dan dukungan rakyat dapat menggagalkannya.

                Kekuatan massa anti PKI di pedesaan Jawa dan Bali diwakili oleh massa santri, nasionalis dan kultural berhasil mengharu baru kekuatan komunis dipedesaan. Memang korban dari massa komonis di pedesaan b egitu banyak. Akan tetapi massa anti komonis di pedesaan Jawa Timur dan Bali tidak punya pilihan untuk mengharubirukan massa PKI, sebab mereka sadar apabalia PKI yang menang mereka yang diharu birukan.

 


2 Komentar so far
Tinggalkan komentar

Sepertinya tulisan yang anda buat sudah basi. cerita yang anda rangkum adalah risalah dari zaman ORBA yang notabene adalah hasil rekayasa politik. Bukankah semua orang tahu, kalo PKI tidak pernah melakukan pemberontakan pada tahun 1965. Bahkan, beberapa mantan anggota CIA telah mengakui keterlibatannya bersama Soeharto, menggulingkan Soekarno. dan hambatan SOeharto dalam mencapai puncak pimpinan adalah 10 Jenderal yang berhasil mereka bantai dengan mengatasnamakan partai politik yang bertentangan dengan militer saat itu (PKI. sebaiknya anda perlu mencari referensi yang mungkin dapat dipercaya supaya tidak membingungkan generasi muda. Saya tidak menyalahkan, karena dari kecil kita juga diajar dengan ajaran sejarah yang keliru. SALAM

Komentar oleh soekoen

sebagai langkah awal untuk verifikasi nama PKI, saya salut dengan tulisan ini, namun ada banyak hal tentang PKI yang telah didistorsi selama pemerintahan ORBA, tugas kita adalah menuturkan sejarah yang benar tentang PKI, karena biar bagaimanapun partai inilah yang pertama kalinya memperjuangkan kemerdekaan indonesia secara politis melawan permintahan belanda. meskipun dalam perjalanannya PKI gagal karena terlalu keras menerapkan ideologi Stalin, bukannya Marxisme-Leninisme, tetapi sumbangan PKI untuk negara ini pantas dicatat dalam sejarah putih bangsa ini. Proficiat!!!

Komentar oleh April




Tinggalkan komentar